KEDUDUKAN ADAB DALAM ISLAM
Secara umum adab adalah melakukan sesuatu yang terpuji berupa
ucapan dan perbuatan atau yang terkenal dengan sebutan al-akhlaq al-karimah. Dalam Islam, masalah
adab dan akhlak mendapat perhatian yang sangat serius.
Manakala seseorang mengesampingkan salah satu dari perkara
akhlak, akan terjadi ketimpangan dalam perkara dunia dan akhiratnya.
Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ
وَالْيَوْمِ الْآخِرِفَلْيُحْسِنْ إِلَى جَارِهِ
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia
berbuat baik terhadap tetangganya.” (HR.
Muslim)
Di sini terlihat jelas bagaimana kaitan antara akidah dan akhlak
yang baik. Oleh karena itu, Nabi shallallahu
alaihi wa sallam menafikan keimanan orang yang tidak menjaga amanah
dan janjinya yang merupakan salah satu bentuk adab dalam diri orang beriman.
Beliau bersabda,
لاَ إِيْمَانَ لِمَنْ لاَ
أَمَانَةَ لَهُ، وَلاَ دِيْنَ لِمَنْ لاَ عَهْدَ لَهُ
“Tidak ada iman bagi orang yang tidak menjaga amanah dan tidak
ada agama bagi orang yang tidak menjaga janjinya.” (HR. Ahmad)
Bahkan, suatu ibadah menjadi tidak ada nilainya manakala adab
dan akhlak tidak dijaga. Nabi shallallahu
alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ
وَالعَمَلَ بِهِ، فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barang siapa tidak meninggalkan ucapan dusta dan perbuatan
dusta, Allah tidak butuh dengan (amalan) meninggalkan makan dan minumnya
(puasa, -red.).” (HR.
al-Bukhari no. 1903)
Maknanya, puasanya tidak dianggap.
Ahmad Syauqi (penyair) mengatakan:
“Sesungguhnya suatu umat itu dianggap ada dikarenakan akhlaknya.
Jika akhlak sudah hilang maka itu artinya umat itu telah musnah.”
Imam Malik rahimahullah pernah berkata pada seorang pemuda
Quraisy,
تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلمَ
“Pelajarilah adab sebelum
mempelajari suatu ilmu.”
Kenapa sampai para ulama mendahulukan mempelajari adab? Sebagaimana Yusuf bin
Al Husain berkata,
بالأدب تفهم العلمَ
“Dengan mempelajari adab, maka
engkau jadi mudah memahami ilmu.”
Ibnul Mubarok berkata,
تعلمنا الأدب ثلاثين عاماً،
وتعلمنا العلم عشرين
“Kami mempelajari masalah adab
itu selama 30 tahun sedangkan kami mempelajari ilmu selama 20 tahun.”
Letak kesempurnaan iman seseorang di antaranya karena adab dan
akhlak yang ada pada dirinya.
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda,
أَكْمَل الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا
أَحْسَنُهمْ خُلُقًا، وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling
baik akhlaknya. Dan orang yang paling baik di antara kalian adalah orang
yang paling baik kepada istrinya.” (HR. At-Tirmidzi)
Di antara buah dari baiknya akhlak seseorang, bisa berdekatan
dengan Rasul di surga.
Dari Jabir Radhiyallahu
‘Anhu, Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam bersabda:
إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ
وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا
“Sesungguhnya
orang yang paling saya cintai dan paling dekat majelisnya denganku di antara
kalian hari kiamat kelak (di surga) adalah yang paling baik akhlaknya…“.
(HR. Al-Tirmidzi dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani)
Adab dan akhlak menentukan surga dan neraka seseorang.
Perhatikanlah sebuah hadis mulia dimana Rasulullah pernah
bertanya kepada sahabat-sahabatnya:
أَتَدْرُونَ مَنِ الْمُفْلِسُ
قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ
الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ
وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا
وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا
مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ
أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ
“Apakah kalian tahu siapa orang yang bangkrut itu?” Para sahabat
menjawab, ”orang yang bangkrut itu adalah yang tidak mempunyai dirham maupun
harta benda.” Tetapi Nabi Shallallahu alaihi wa sallam berkata, “orang yang
bangkrut dari umatku ialah, orang yang datang pada hari Kiamat membawa (pahala)
shalat, puasa dan zakat, namun (ketika di dunia) dia telah mencaci dan (salah)
menuduh orang lain, makan harta, menumpahkan darah dan memukul orang lain
(tanpa hak). Maka orang-orang itu akan diberi pahala dari kebaikan-kebaikannya.
Jika telah habis kebaikan-kebaikannya, maka dosa-dosa mereka akan ditimpakan
kepadanya, kemudian dia akan dilemparkan ke dalam neraka” (HR. Muslim).