Cara Menahan Marah dalam Islam
Marah adalah emosi alami yang dimiliki setiap manusia. Namun, dalam ajaran Islam, kemarahan yang tidak dikendalikan dapat menjadi sumber kehancuran—baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Oleh karena itu, Islam memberikan tuntunan yang jelas tentang bagaimana mengendalikan dan menahan amarah.
1. Menahan Marah adalah Tanda Kekuatan Sejati
Seringkali kita menganggap bahwa orang yang kuat adalah mereka yang mampu mengalahkan musuhnya dengan fisik. Namun, Rasulullah ï·º memberikan definisi kekuatan yang berbeda:
"Orang yang kuat bukanlah yang menang dalam bergulat, tetapi orang yang kuat adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah."(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadist ini menunjukkan bahwa menahan marah bukanlah kelemahan, justru sebaliknya—itu adalah tanda kekuatan batin dan kematangan akhlak.
2. Keutamaan Menahan Amarah dalam Al-Qur’an
Allah SWT memuji orang-orang yang mampu menahan amarahnya dalam banyak ayat, di antaranya dalam Surah Ali Imran:
"Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan."(QS. Ali Imran: 134)
Ayat ini menunjukkan dua hal: menahan amarah adalah perbuatan terpuji, dan mereka yang mampu melakukannya termasuk dalam golongan yang dicintai Allah.
3. Langkah-langkah Praktis Menahan Marah
Berikut adalah beberapa cara praktis menahan amarah berdasarkan tuntunan Islam:
a. Berlindung kepada Allah
Rasulullah ï·º mengajarkan bahwa ketika seseorang sedang marah, hendaknya ia segera berlindung kepada Allah dari godaan setan:
"Jika salah seorang dari kalian marah, maka hendaklah ia berkata: 'A'udzu billahi minasy-syaithanir rajiim' (Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk)."(HR. Bukhari dan Muslim)
Kemarahan yang tidak dikendalikan sering kali berasal dari bisikan setan, yang ingin membuat manusia saling bermusuhan.
b. Mengubah Posisi Fisik
Nabi Muhammad ï·º juga memberikan tips praktis: ubahlah posisi tubuh saat marah.
"Jika salah seorang dari kalian marah dalam keadaan berdiri, maka duduklah. Jika masih marah, maka berbaringlah."(HR. Abu Dawud)
Perubahan posisi ini dapat membantu meredakan ketegangan dan membuat tubuh serta pikiran menjadi lebih tenang.
c. Diam
Berbicara saat marah sering kali berujung pada kata-kata yang menyakitkan atau penyesalan. Rasulullah ï·º bersabda:
"Jika salah seorang di antara kalian marah, maka hendaklah ia diam."(HR. Ahmad)
Diam adalah bentuk kontrol diri yang sangat penting dalam situasi emosional.
d. Berwudu
Air memiliki efek menenangkan. Rasulullah ï·º bersabda:
"Marah itu berasal dari setan, dan setan diciptakan dari api. Maka padamkanlah ia dengan air."(HR. Abu Dawud)
Dengan berwudu, tidak hanya fisik yang menjadi bersih, tapi juga hati dan pikiran menjadi lebih jernih.
4. Mengingat Akibat dari Kemarahan
Kemarahan yang tidak dikendalikan bisa menyebabkan kerusakan hubungan, penyesalan, bahkan tindakan yang melanggar syariat. Dalam Islam, segala perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban. Maka dari itu, sebelum marah, renungkan akibat jangka panjangnya.
5. Meneladani Akhlak Nabi
Rasulullah ï·º adalah sosok paling penyabar. Meskipun dihina, dicaci, bahkan disakiti, beliau tidak mudah marah demi kepentingan pribadi. Beliau hanya marah jika agama Allah dilecehkan.
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa:
“Rasulullah tidak pernah membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi beliau selalu memaafkan dan bersabar.”(HR. Bukhari)
6. Berlatih Sabar dan Ikhlas
Sabar bukan sesuatu yang muncul tiba-tiba. Ia adalah hasil dari latihan dan kesungguhan. Semakin sering seseorang mencoba menahan amarahnya, semakin kuat ia menghadapi ujian-ujian berikutnya.
Allah SWT berfirman:
"Dan bersabarlah; sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."(QS. Al-Anfal: 46)
Dengan mengingat bahwa Allah bersama orang-orang sabar, hati menjadi lebih tenang dalam menghadapi situasi yang memicu emosi.
Penutup
Menahan marah bukan berarti memendam emosi tanpa penyelesaian. Islam mengajarkan agar emosi dikelola dengan cara yang sehat dan sesuai dengan tuntunan syariat. Menjadi pribadi yang mampu menahan marah bukan hanya bermanfaat bagi diri sendiri, tapi juga menciptakan lingkungan yang damai dan penuh rahmat.
Jika setiap muslim berusaha menahan marah dan lebih memilih untuk memaafkan, maka akan lahir masyarakat yang saling menyayangi, mengerti, dan terhindar dari permusuhan. Semoga Allah SWT memberi kita kekuatan untuk mengendalikan diri dan menjadi bagian dari hamba-Nya yang dicintai.