.jpeg)
Perusak-Perusak Majlis Ta'lim. Antara lain, harus diketahui:
Oleh: Ustadz DR. Zaenal Abidin, Lc
Monggo dibagikan seluas luasnya
1. Tidak mau mengaji kepada ustadz yang bukan fan bidang yang disukainya meskipun aqidah & manhajnya bagus. Belajar hanya pilih-pilih yang disenangi saja.
2. Sudah lama mengikuti kajian tapi masih rendah keilmuan dan pemahamannya. Seperti tahsin Al-quran dan bahasa Arab paling dasar saja belum bisa.
3. Mengukur kemakmuran majlis hanya semata-mata banyak jamaah, sehingga tanda kesuksesan majlis ta'lim kalau jamaahnya membludak.
3. Hanya mau mengundang ustadz-ustadz yang kondang yang berstatus imporan seperti lulusan Madinah, Mekah, Mesir atau semisalnya. Padahal hal ini tidak menjadi jaminan PASTI lebih luas ilmunya.
Ust lokal bahkan terdekat majlis terkesan tidak dianggap, disepelehkan & dilupakan. Wa iyaadzubillah
4. Persaingan tidak sehat antar penyelenggara majlis bahkan cenderung ingin paling populer.
5. Para panitia kajian terkesan kurang kerjasama, cuek bahkan sombong.
6. Keuangan majlis taklim sering dikelola tidak amanah dan tidak sesuai standar keuangan.
7. Orang yang mengaji sudah lama mencibiri orang yang baru mengaji, orang-orang yang baru dicuekin, disepelekan bahkan dianggap pesaing.
Terutama ibu-ibu yang baru mengaji sedangkan jilbabnya masih kecil.
8. Fanatis & hanya mau mengambil ilmu kepada ustadz yang dianggap senior, terkenal dan paling pertama membuka lahan dakwah. Padahal dakwah itu saling bersinergi bukan hanya milik yang paling terkenal & senior saja.
9. Mudah mentahdzir ustadz atau jamaah yang dianggap tidak sejalan dengan pemahamannya. Padahal berlapang dada dalam perbedaan yang masih diperbolehkan hal yang harus dilakukan demi kelanggengan dakwah.
10. Sebagian jamaah menjadikan majlis taklim sebagai tempat traksi gosip dan barter informasi negatif, seperti selalu bercanda tentang poligami.
11. Mengatur-atur maksa ustadz dan tema kajian karena berani bayar mahal penceramah.
Lebih menghargai ustadz yang mengendarai mobil dari pada motor.
12. Suka memberikan pertanyaan-pertanyaan menjebak dan ingin menjatuhkan ke para ustadz, apalagi ada niatan untuk mengadu domba, sungguh ini akhlak yang buruk. Suka maksa dan bertanya dengan cara kurang beradab kepada para ustad, giliran di unfriend marah dan ngambek bilang ustadznya tidak sabar, padahal dia sendiri yang tidak punya adab. Jika kita sadar kehilangan teman seorang ustadz itu sangat merugikan. Sekalipun ustadz tersebut tidak pernah kita menimba Ilmu darinya, minimal sekali kita mengharapkan ketika di akhirat nanti ustadz tersebut menanyakan kondisi kita bagaimana, karena luhurnya akhlak kita ketika bermuamalah dengannya di dunia, ini yang sangat jarang kita sadari. [Disarikan dari nasehat al-ustadz dengan sedikit tambahan atau susunan kata]
Semoga bermanfaat