ADAB ULAMA KETIKA MENDAPATI ULAMA LAIN SALAH BERPENDAPAT
Yang memiliki ilmu di zaman ini cukup banyak, yang menghafal dan mempelajari kitab-kitab ulama di zaman ini cukup banyak.
Akan tetapi ada satu hal yang tidak mampu diambil dan dimiliki oleh kebanyakan orang di zaman ini yang ada pada ulama-ulama terdahulu, apa itu? Yaitu bagaimana adab ulama terdahulu ketika mendapati ulama lain salah berpendapat.
Siapa yang tidak kenal dengan Imam Malik rahimahullah. Beliau adalah gurunya Imam Asy-Syafii rahimahullah. Salah satu pendapat yang masyhur dari Imam Malik adalah beliau mengatakan bahwa puasa sunnah 6 hari di bulan syawal tidak disyariatkan, padahal jelas-jelas ada hadis shahih riwayat Imam Muslim.
Beliau dengan tegas mengatakan dalam kitabnya Al-Muwaththo’: “Aku tidak mendapati seorang pun dari Ahlul Ilmi berpuasa 6 hari di bulan syawal”.
Mendengar pernyataan ini, lalu bagaimana sikap para ulama? Padahal jelas-jelas puasa 6 hari di bulan syawal ada dalilnya riwayat Imam Muslim, tetapi Imam Malik Justru berpendapat tidak disyariatkan.
Apakah ulama-ulama lain saat itu marah kepada Imam Malik? menjelek-jelekkan?menyombongkan diri sambil menunjukkan dalil ke murid-muridnya seraya merendahkan Imam Malik? Sama sekali tidak..!!
Lalu apa sikap ulama? Ada salah satu ulama besar yang menyikapi pendapat Imam Malik dengan sebuah ucapan. Siapa ulama itu? dan apa ucapannya? Imam Ibnu Abdil Bar rahimahullah berkata “Hadits (tentang pensyariatan puasa sunnah 6 hari di bulan syawal) belum sampai kepada Imam Malik rahimahullah” [Kitab Subulus Salam Syarah Bulughul Maram]
Itulah sedikit gambaran ulama terdahulu ketika mendapati ulama lainnya yang dirasa salah berpendapat.
Sikap seperti ini jauh berbeda dengan sebagian orang pada zaman ini. Zaman ini penuh dengan provokasi, kesombongan dan krisis adab bahkan tangan-tangan kaum fasiq ikut berperan untuk memperkeruh suasana dan menimbulkan perpecahan di antara umat Islam baik di dunia maya maupun dunia non maya.
Semoga Allah senantiasa karuniakan kita ilmu dan adab